Legenda Asal Usul Baturraden | TradisiKita - Baturraden atau sering ditulis juga dengan Baturaden ialah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Istilah Baturraden sendiri mempunyai arti tersendiri, yaitu "batur" yang berpengertian dan klarifikasi pembantu dan "raden" yang berarti darah biru.
Nama Baturraden dipercaya mempunyai kisah/dongeng masyarakat yang menceritakan seorang pembantu yang mengasihi seorang darah biru. Namun alasannya kekerabatan mereka tidak direstui, maka kedua manusia yang berlainan kasta tersebut memutuskan untuk pergi dan menetap disuatu kawasan yang jauh dari kerajaan kawasan asal sang darah biru. Akhirnya kawasan menetap tersebut dikenal dengan nama Baturraden.
Untuk Sobat yang ingin tau dengan kisah tersebut, TradisiKita menyajikan legenda asal permintaan Baturraden dibawah ini.
Alkisah, pada zaman berlalu dan silam ada seorang cowok tampan berjulukan Suta. Untuk menghidupi dirinya, Suta bekerja sebagai seorang kacung di Kadipaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugasnya ialah merawat sekaligus memkebersihankan sangkar kuda milik Adipati Kutaliman. Oleh alasannya beliau ialah seorang baik dan jujur, maka selama bekerja tidak pernah mendapat duduk perkara yang berarti.
Suatu knorma dan sopan santun, selepas bekerja mengurus kuda-kuda milik Adipati Kutaliman, Suta memutuskan berkeliling kadipaten mencari suasana baru. Namun alasannya wilayah kadipaten sangatlah luas, maka beliau hanya sanggup mencapai satu lokasi saja. Keesokan harinya diulangi lagi perjalanan menuju ke lokasi lain. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh wilayah Kadipaten Kutaliman berhasil didatangi.
Pada perjalanannya yang terakhir, beliau mendengar bunyi jeritan seorang perempuan. Knorma dan moral didatangi, tampaklah olehnya ada seujung ular sangat besar yang sedang membuka lisan lebar-lebar dan siap memangsa seorang wanita di hadapannya. Perempuan itu dibelit dengan besar lengan berkuasa sehingga wajahnya tampak pucat pasi alasannya pemikiran darah tersumbat.
Meskipun sangat takut, Suta memberanikan diri mendekati Sang ular. Dengan berbekal sudang kecepelah pedang kusam beliau segera menyabetkannya ke arah badan Sang ular. Tetapi alasannya Suta tidak arif berkelahi, perlu butuh waktu usang untuk sanggup menaklukkan ular tersebut. Dan, sesudah sang ular mati, badan sang wanita pun terlepas dengan sendirinya. Dia segera jatuh tergolek dalam keadaan pingsan.
Tidak usang kemudian seorang emban tiba dan membopong wanita itu ke sisi pendopo. Suta kemudian mendekati dan bertanya para Sang emban, "siapakah wanita ini, Bi?"
"Dia ialah puteri dari Adipati Kutaliman," tpendapat emban singkat.
Mendengar klarifikasi singkat itu, Suta menjadi terkejut alasannya wanita yang telah beliau tolong ternyata ialah anak dari majikannya sendiri. Selama ini Suta hanya mendengar bahwa Sang Adipati mempunyai seorang puteri yang bagus jelita, tetapi beliau sendiri belum pernah bertemu atau melihatnya.
Sejak bencana tersebut, keduanya pun sering bertemu untuk hanya sekedar berbincang-bincang santai. Lama-kelamaan, timbullah rasa sayang dan cinta di antara mereka hingga risikonya Suta memberanikan diri tiba pada Adipati Kutaliman untuk melamar puteri kesayangannya.
Sang Adipati yang sudah mendengar kabar wacana kedekatan puteri kesayangannya dengan si pengurus kuda tentu saja menjadi terkejut. Dia tidak menyangka kalau kedekatan itu ternyata bukan hanya sebatas teman. Maka knorma dan moral Suta selesai mengutarakan niat, dengan sangat murka Adipati berkata, "Engkau ini hanyalah seorang kacung. Sungguh tidak pantas bila disandingkan dengan puteriku! Pengawal, tangkap orang ini dan masukkan ke penjara bawah tanah!"
Sang puteri yang mendengarkan percakapan Ayahandanya dengan Suta dari balik tirai tentu saja menjadi sedih. Dia tidak menyangka kalau Ayahanda akan sangat murka terhadap Suta hingga memasukkannya ke penjara bawah tanah yang lembab, pengap, dan gelap. Padahal, penjara itu hanya dikhususkan bagi orang-orang yang melaksanakan kejahatan luar biasa sehingga sangat jarang dimemberikan makan dan minum.
Agar sang kekasih sanggup segera keluar dari penjara, malam harinya Sang Puteri pribadi meminta dukungan emban kepercayaannya mencuri kunci untuk membuka pintu sel kawasan Suta dikurung. Sementara itu, beliau menunggu bersama kudanya di salah satu sudut Kadipaten yang jarang didatangi orang.
Singkat cerita, Sang emban pun melaksanakan tugasnya dengan mengelabuhi penjaga penjara. Tetapi knorma dan moral berhasil membuka pintu sel, beliau mendapati Suta tengah terbaring lemah dalam kondisi menggigil alasannya kekurangan pasokan masakan dan minuman. Sang emban yang membawa sedikit bekal segera memmemberikan Suta makan dan minuman supaya tubuhnya besar lengan berkuasa kembali. Selain itu, beliau juga memmemberikan pakaian supaya knorma dan moral keluar dari penjara sanggup pribadi membaur dengan penduduk.
Setelah berpakaian layaknya penduduk kebayakan, Suta bersama emban kemudian berjalan mengendap supaya sanggup keluar keluar dari penjara tanpa diketahui oleh penjaga. Sesampainya di sudut Kadipaten, Suta dan Sang Puteri segera menaiki kuda dan pergi ke arah selatan menuju lereng Gunung Selamet, sementara Sang emban kembali ke kediaman Adipati Kutaliman.
Keesokannya, menjelang tengah hari, mereka memutuskan untuk memberikanstirahat di tepi sebuah sungai sambil memulihkan tenaga. Tempat itu berhawa sejuk serta mempunyai panorama alam yang sangat indah sehingga menciptakan Sang Puteri takjub dan ingin menetap. Ternyata Suta pun demikian dan mereka setuju untuk menetap serta membina rumah tangga di sana. Dan, seiring berjalannya waktu, kawasan mereka menetap dan beranak-pinak tersebut oleh masyarakat sekitar kemudian dinamakan Baturaden. Kata "batu" berarti "batur atau pembantu" dan "raden" berarti "darah biru". Jadi, Baturaden sanggup diartikan sebagai kawasan menetapnya seorang batur dan seorang aristokrat untuk membina sebuah rumah tangga yang senang hingga tamat hayat.
Nama Baturraden dipercaya mempunyai kisah/dongeng masyarakat yang menceritakan seorang pembantu yang mengasihi seorang darah biru. Namun alasannya kekerabatan mereka tidak direstui, maka kedua manusia yang berlainan kasta tersebut memutuskan untuk pergi dan menetap disuatu kawasan yang jauh dari kerajaan kawasan asal sang darah biru. Akhirnya kawasan menetap tersebut dikenal dengan nama Baturraden.
Untuk Sobat yang ingin tau dengan kisah tersebut, TradisiKita menyajikan legenda asal permintaan Baturraden dibawah ini.
Legenda Asal Usul Baturraden
Objek Wisata di Baturraden | sobatpetualang.com |
Alkisah, pada zaman berlalu dan silam ada seorang cowok tampan berjulukan Suta. Untuk menghidupi dirinya, Suta bekerja sebagai seorang kacung di Kadipaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugasnya ialah merawat sekaligus memkebersihankan sangkar kuda milik Adipati Kutaliman. Oleh alasannya beliau ialah seorang baik dan jujur, maka selama bekerja tidak pernah mendapat duduk perkara yang berarti.
Suatu knorma dan sopan santun, selepas bekerja mengurus kuda-kuda milik Adipati Kutaliman, Suta memutuskan berkeliling kadipaten mencari suasana baru. Namun alasannya wilayah kadipaten sangatlah luas, maka beliau hanya sanggup mencapai satu lokasi saja. Keesokan harinya diulangi lagi perjalanan menuju ke lokasi lain. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh wilayah Kadipaten Kutaliman berhasil didatangi.
Pada perjalanannya yang terakhir, beliau mendengar bunyi jeritan seorang perempuan. Knorma dan moral didatangi, tampaklah olehnya ada seujung ular sangat besar yang sedang membuka lisan lebar-lebar dan siap memangsa seorang wanita di hadapannya. Perempuan itu dibelit dengan besar lengan berkuasa sehingga wajahnya tampak pucat pasi alasannya pemikiran darah tersumbat.
Meskipun sangat takut, Suta memberanikan diri mendekati Sang ular. Dengan berbekal sudang kecepelah pedang kusam beliau segera menyabetkannya ke arah badan Sang ular. Tetapi alasannya Suta tidak arif berkelahi, perlu butuh waktu usang untuk sanggup menaklukkan ular tersebut. Dan, sesudah sang ular mati, badan sang wanita pun terlepas dengan sendirinya. Dia segera jatuh tergolek dalam keadaan pingsan.
Tidak usang kemudian seorang emban tiba dan membopong wanita itu ke sisi pendopo. Suta kemudian mendekati dan bertanya para Sang emban, "siapakah wanita ini, Bi?"
"Dia ialah puteri dari Adipati Kutaliman," tpendapat emban singkat.
Mendengar klarifikasi singkat itu, Suta menjadi terkejut alasannya wanita yang telah beliau tolong ternyata ialah anak dari majikannya sendiri. Selama ini Suta hanya mendengar bahwa Sang Adipati mempunyai seorang puteri yang bagus jelita, tetapi beliau sendiri belum pernah bertemu atau melihatnya.
Sejak bencana tersebut, keduanya pun sering bertemu untuk hanya sekedar berbincang-bincang santai. Lama-kelamaan, timbullah rasa sayang dan cinta di antara mereka hingga risikonya Suta memberanikan diri tiba pada Adipati Kutaliman untuk melamar puteri kesayangannya.
Sang Adipati yang sudah mendengar kabar wacana kedekatan puteri kesayangannya dengan si pengurus kuda tentu saja menjadi terkejut. Dia tidak menyangka kalau kedekatan itu ternyata bukan hanya sebatas teman. Maka knorma dan moral Suta selesai mengutarakan niat, dengan sangat murka Adipati berkata, "Engkau ini hanyalah seorang kacung. Sungguh tidak pantas bila disandingkan dengan puteriku! Pengawal, tangkap orang ini dan masukkan ke penjara bawah tanah!"
Sang puteri yang mendengarkan percakapan Ayahandanya dengan Suta dari balik tirai tentu saja menjadi sedih. Dia tidak menyangka kalau Ayahanda akan sangat murka terhadap Suta hingga memasukkannya ke penjara bawah tanah yang lembab, pengap, dan gelap. Padahal, penjara itu hanya dikhususkan bagi orang-orang yang melaksanakan kejahatan luar biasa sehingga sangat jarang dimemberikan makan dan minum.
Agar sang kekasih sanggup segera keluar dari penjara, malam harinya Sang Puteri pribadi meminta dukungan emban kepercayaannya mencuri kunci untuk membuka pintu sel kawasan Suta dikurung. Sementara itu, beliau menunggu bersama kudanya di salah satu sudut Kadipaten yang jarang didatangi orang.
Singkat cerita, Sang emban pun melaksanakan tugasnya dengan mengelabuhi penjaga penjara. Tetapi knorma dan moral berhasil membuka pintu sel, beliau mendapati Suta tengah terbaring lemah dalam kondisi menggigil alasannya kekurangan pasokan masakan dan minuman. Sang emban yang membawa sedikit bekal segera memmemberikan Suta makan dan minuman supaya tubuhnya besar lengan berkuasa kembali. Selain itu, beliau juga memmemberikan pakaian supaya knorma dan moral keluar dari penjara sanggup pribadi membaur dengan penduduk.
Setelah berpakaian layaknya penduduk kebayakan, Suta bersama emban kemudian berjalan mengendap supaya sanggup keluar keluar dari penjara tanpa diketahui oleh penjaga. Sesampainya di sudut Kadipaten, Suta dan Sang Puteri segera menaiki kuda dan pergi ke arah selatan menuju lereng Gunung Selamet, sementara Sang emban kembali ke kediaman Adipati Kutaliman.
Keesokannya, menjelang tengah hari, mereka memutuskan untuk memberikanstirahat di tepi sebuah sungai sambil memulihkan tenaga. Tempat itu berhawa sejuk serta mempunyai panorama alam yang sangat indah sehingga menciptakan Sang Puteri takjub dan ingin menetap. Ternyata Suta pun demikian dan mereka setuju untuk menetap serta membina rumah tangga di sana. Dan, seiring berjalannya waktu, kawasan mereka menetap dan beranak-pinak tersebut oleh masyarakat sekitar kemudian dinamakan Baturaden. Kata "batu" berarti "batur atau pembantu" dan "raden" berarti "darah biru". Jadi, Baturaden sanggup diartikan sebagai kawasan menetapnya seorang batur dan seorang aristokrat untuk membina sebuah rumah tangga yang senang hingga tamat hayat.
Demikian Sobat Tradisi, Legenda Asal Usul Baturraden yang merupakan kisah asal mula Baturraden yang merupakan nama Kecamatan di Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah.
Advertisement