5 Baju Adat Sulawesi Selatan, Nama, Penjelasan dan Gambarnya | TradisiKita - Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota provinsinya terletak di Makassar merupakan provinsi yang berada terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas daerahnya 45.764,53 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.
Provinsi Sulawesi Selatan dihuni oleh penduduk dari beberapa ethnis atau suku, yaitu Bugis (41,9%), Makassar (25,43%), Toraja (9,02%), Mandar (6,1%) dan sisanya merupakan suku etika Duri, Pattinjo, Bone, Maiwa, Endekan, Pattae, Kajang/Konjo serta penduduk pendatang dari pulau lain di Indonesia.
Suku/ethnis yang ada di Sulawesi Selatan, mempunyai keragaman budaya dan etika istiadanya. Diantaranya ialah baju adat. Pada kesempatan ini, kita akan mengenal beberapa baju etika Sulawesi Selatan tidak ada yang kurang dengan gambar dan penjelasannya.
Seperti yang sudah kami sampaikan diatas, bahwa masing-masing suku etika di Sulawesi Selatan mempunyai keragaman baju etika yang menjadi ciri khas dan ikon baju etika Sulawesi Selatan. Berikut ini beberapa baju etika Sulawesi Selatan yang bisa kami sampaikan :
Baju Bodo ialah pakaian tradisional perempuan suku Bugis Makassar, Sulawesi, dan Bugis Pagatan, Kalimantan, Indonesia. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.
Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bab siku lengan. Dulu, baju bodo bisa digunakan tanpa epilog payudara. Hal ini sudah sempat diperhatikan James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 dikala ia mengunjungi istana Bone. Perempuan Bugis mengenakan pakaian sederhana. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), menunjukkan payudara dan leluk-lekuk dada.[2] Cara menggunakan baju bodo ini masih berlaku pada tahun hingga tahun 1930-an.
Menurut etika Bugis, warna baju bodo yang dikenakan akan menandakan usia dan martabat si Pemakainya.
Baju Bodo ini kerap digunakan untuk program etika menyerupai upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui program lainnya menyerupai lomba menari atau menyambut tamu agung
Pakaian etika yang dikenakan khusus laki-laki suku Bugis-Makassar tak hanya berupa jas tutu. Mengenakannya biasanya berpasangan dengan celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok.
Jas tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta dimemberikan kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Sementara, kain lipa sabbe atau lipa garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, menyerupai merah dan hijau.
Baju etika Sulawesi Selatan ini dikenakan oleh perempuan mandar pada dikala perkawinan dan pada dikala menari pattiqtuq. Busana pattuqdu itu ( belum masuk baju pokko dan Sarung sutra khas mandar )yang digunakan untuk menari terdiri dari 18 potong, sedangkan Busana untuk orang yang berumah tangga ialah 24 potong.
Busana Puttuqduq terdiri dari baju Rawang Boko atau bisa juga Baju Pokkoq, Lipaq Saqbe Mandar dan beberapa motif sarung tenun mandar lainnya menyerupai Lipaq Aqdi Diratte, Lipaq Aqdi Diratte Duattodong, serta hiasan kepala, tubuh dan tangan yang mencerminkan budaya Mandar.
Busana laki-laki Mandar ludang kecepeh sederhana alasannya hanya terdiri dari baju jas tutup terbuat dari materi sutera bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah. Paduannya kain sarung tenun Mandar atau seringkali ada yang menggunakan celana panjang kemuidian ditutup dengan sarung hingga sebatas lutut. Untuk penututp kepala, laki-laki Mandar menggunakan kopiah atau lazim disebut songkok tobone dengan warna yang harmonis antara baju bab atas dengan jas atau sarungnya.
Pria Mandar metidak ada yang kurangi busananya dengan melekatkan rantai emas yang dimemberikan liontin atau medalion dari taring macan bahkan bisa juga terbuat dari taji ayam. Hiasan tersebut diselipkan sebagian di saku jas tutupnya dan sebagian lagi dibiarkan menjuntai ke luar. Alas kaki yang digunakan biasanya sepatu pantovel atau shebat dan luar biasa yang dibentuk dari kulit.
Masyarakat Tana Toraja sendiri masih melestarikan pakaian adatnya dengan cara mewajibkan seluruh PNS di Kabupaten Tana Toraja untuk menggunakan baju pokko setiap hari Sabtu. Untuk PNS laki-laki juga diwajibkan untuk menggunakan seppa tallung buku setiap hari Sabtu.
Demikian Sobat Tradisi, 5 Baju Adat Sulawesi Selatan, Nama, Penjelasan dan Gambarnya. Semoga isu mengenai Baju Adat Sulawesi Selatan tadi memberi manfaat bagi Sobat untuk menambah wawasan kebudayaan Bangsa Indonesia.
Referensi :
Provinsi Sulawesi Selatan dihuni oleh penduduk dari beberapa ethnis atau suku, yaitu Bugis (41,9%), Makassar (25,43%), Toraja (9,02%), Mandar (6,1%) dan sisanya merupakan suku etika Duri, Pattinjo, Bone, Maiwa, Endekan, Pattae, Kajang/Konjo serta penduduk pendatang dari pulau lain di Indonesia.
Suku/ethnis yang ada di Sulawesi Selatan, mempunyai keragaman budaya dan etika istiadanya. Diantaranya ialah baju adat. Pada kesempatan ini, kita akan mengenal beberapa baju etika Sulawesi Selatan tidak ada yang kurang dengan gambar dan penjelasannya.
Baju Adat Sulawesi Selatan
Seperti yang sudah kami sampaikan diatas, bahwa masing-masing suku etika di Sulawesi Selatan mempunyai keragaman baju etika yang menjadi ciri khas dan ikon baju etika Sulawesi Selatan. Berikut ini beberapa baju etika Sulawesi Selatan yang bisa kami sampaikan :
1. Baju Bodo (Baju Adat Wanita Suku Bugis)
Baju Bodo ialah pakaian tradisional perempuan suku Bugis Makassar, Sulawesi, dan Bugis Pagatan, Kalimantan, Indonesia. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.
Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bab siku lengan. Dulu, baju bodo bisa digunakan tanpa epilog payudara. Hal ini sudah sempat diperhatikan James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 dikala ia mengunjungi istana Bone. Perempuan Bugis mengenakan pakaian sederhana. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), menunjukkan payudara dan leluk-lekuk dada.[2] Cara menggunakan baju bodo ini masih berlaku pada tahun hingga tahun 1930-an.
Menurut etika Bugis, warna baju bodo yang dikenakan akan menandakan usia dan martabat si Pemakainya.
Warna | Arti |
---|---|
Jingga | dipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun. |
Jingga dan merah | dipakai oleh gadis berumur 10-14 tahun. |
Merah | dipakai oleh perempuan berumur 17-25 tahun. |
Putih | dipakai oleh para pembantu dan dukun. |
Hijau | dipakai oleh perempuan darah biru. |
Ungu | dipakai oleh para janda. |
2. Jas Tutu (Baju Adat Pria Suku Bugis)
Jika pakaian etika perempuan disebut Baju Bodo, pakaian etika yang dikenakan oleh kaum laki-laki disebut dengan Jas Tutu.Pakaian etika yang dikenakan khusus laki-laki suku Bugis-Makassar tak hanya berupa jas tutu. Mengenakannya biasanya berpasangan dengan celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala berupa songkok.
Jas tutu bentuknya lengan panjang, leher berkerah serta dimemberikan kancing yang terbuat dari sepuhan emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Sementara, kain lipa sabbe atau lipa garusuk tampak polos tetapi berwarna mencolok, menyerupai merah dan hijau.
3. Busana Pattuqduq Towaine (Baju perempuan Khas Mandar)
Baju etika Sulawesi Selatan yang disebut Pattuqduq Towaine merupakan baju etika suku Mandar. Busana yang digunakan Pattuqdu Towaine itu mencerminkan busana yang digunakan oleh perempuan mandar pada umumnya.Baju etika Sulawesi Selatan ini dikenakan oleh perempuan mandar pada dikala perkawinan dan pada dikala menari pattiqtuq. Busana pattuqdu itu ( belum masuk baju pokko dan Sarung sutra khas mandar )yang digunakan untuk menari terdiri dari 18 potong, sedangkan Busana untuk orang yang berumah tangga ialah 24 potong.
Busana Puttuqduq terdiri dari baju Rawang Boko atau bisa juga Baju Pokkoq, Lipaq Saqbe Mandar dan beberapa motif sarung tenun mandar lainnya menyerupai Lipaq Aqdi Diratte, Lipaq Aqdi Diratte Duattodong, serta hiasan kepala, tubuh dan tangan yang mencerminkan budaya Mandar.
Busana laki-laki Mandar ludang kecepeh sederhana alasannya hanya terdiri dari baju jas tutup terbuat dari materi sutera bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah. Paduannya kain sarung tenun Mandar atau seringkali ada yang menggunakan celana panjang kemuidian ditutup dengan sarung hingga sebatas lutut. Untuk penututp kepala, laki-laki Mandar menggunakan kopiah atau lazim disebut songkok tobone dengan warna yang harmonis antara baju bab atas dengan jas atau sarungnya.
Pria Mandar metidak ada yang kurangi busananya dengan melekatkan rantai emas yang dimemberikan liontin atau medalion dari taring macan bahkan bisa juga terbuat dari taji ayam. Hiasan tersebut diselipkan sebagian di saku jas tutupnya dan sebagian lagi dibiarkan menjuntai ke luar. Alas kaki yang digunakan biasanya sepatu pantovel atau shebat dan luar biasa yang dibentuk dari kulit.
4. Baju Pokko
Baju Pokko merupakan baju etika Toraja untuk wanita. Baju etika Sulawesi Selatan yang satu ini ialah baju dengan lengan pendek dengan dominasi warna kuning, merah dan putih.Masyarakat Tana Toraja sendiri masih melestarikan pakaian adatnya dengan cara mewajibkan seluruh PNS di Kabupaten Tana Toraja untuk menggunakan baju pokko setiap hari Sabtu. Untuk PNS laki-laki juga diwajibkan untuk menggunakan seppa tallung buku setiap hari Sabtu.
5. Baju Seppa Tallung Buku
Seppa Tallung merupakan baju etika Sulawesi Selatan yaitu dari suku Toraja. Pakaian etika Toraja ini merupakan pakaian yang panjangnya hingga lutut. Sepa Tallung Buku ialah pakaian etika toraja yang digunakan oleh laki-laki. Ditidak ada yang kurangi dengan aksesoris lainnya menyerupai kandaure, gayang, lipa’, dll.
Pakaian ini bahkan pernah menjadi perhatian dunia dalam ajang Manhunt International 2011 yang diadakan di Korea Selatan. Banyak kebanggaan yang dimemberikankan lewat beberapa media termasuk website yang membicarakan perihal pakaian etika yang digunakan oleh penerima dari Indonesia tersebut. Busana yang digunakan merupakan modifikasi dari pakaian seppa tallung buku ditidak ada yang kurangi sayap dan tanduk yang menggambarkan kebesaran dan keagungan dari salah satu kebudayaan Indonesia tersebut.
Pakaian ini bahkan pernah menjadi perhatian dunia dalam ajang Manhunt International 2011 yang diadakan di Korea Selatan. Banyak kebanggaan yang dimemberikankan lewat beberapa media termasuk website yang membicarakan perihal pakaian etika yang digunakan oleh penerima dari Indonesia tersebut. Busana yang digunakan merupakan modifikasi dari pakaian seppa tallung buku ditidak ada yang kurangi sayap dan tanduk yang menggambarkan kebesaran dan keagungan dari salah satu kebudayaan Indonesia tersebut.
Demikian Sobat Tradisi, 5 Baju Adat Sulawesi Selatan, Nama, Penjelasan dan Gambarnya. Semoga isu mengenai Baju Adat Sulawesi Selatan tadi memberi manfaat bagi Sobat untuk menambah wawasan kebudayaan Bangsa Indonesia.
Referensi :
- http://regional.liputan6.com/read/3060483/nama-baju-adat-bugis-yang-dikenakan-jokowi-di-sidang-tahunan-mpr
- https://id.wikipedia.org/wiki/Baju_bodo
- http://budaya-indonesia.org/Busana-Pattuqduq-Towaine
- https://afikrubik.com/rumah-pakaian-adat-toraja/
Advertisement